Indikasimedis berkaitan dengan kondisi ibu, bayi, dan plasenta. Menurut spesialis kebidanan dan kandungan dari Rumah Sakit Pondok Indah-Puri Indah, dr Eric Kasmara SpOG, indikasi medis yang membuat ibu tidak bisa melahirkan lewat persalinan normal adalah mengalami preeklamsia, panggul ibu sempit, atau terkena penyakit lain seperti herpes, HIV, maupun positif Covid-19.
Bagi Mama yang akan melahirkan di tengah pandemi Covid-19 mungkin khawatir dengan keamanan saat melahirkan. Hal tersebut tentu saja wajar. Mengingat transmisi penularan virus corona sangat cepat dan belum dapat diprediksi kini Mama tak perlu khawatir lagi karena beberapa rumah sakit sudah menyiapkan protokol kesehatan yang ketat untuk persalinan di era new normal. Hal tersebut diungkapkan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS Pondok Indah-Puri Indah, dr. Eric Kasmara, SpOG, pada webinar bertajuk Persiapan Persalinan New Normal pada Kamis 18/6/2020.Lantas bagaimana prosedurnya?Berikut rangkum informasi prosedur persalinan aman di masa new normal1. Pemisahan klinik suspect Covid-19 dan klinik para Mama yang khawatir dengan keamanan saat bersalin, dr. Eric menyebut salah satu contohnya adalah di tempatnya praktek ada pemisahan antara pengunjung atau pasien biasa dengan suspect Covid-19."Kami akan melakukan pemisahan antara pengunjung atau pasien yang bergejala suspek infeksi Covid-19 dan yang tidak," itu, lanjut dr. Eric, pihak rumah sakit juga akan melakukan protokol screening sebelum proses persalinan. Para dokter dan perawat juga selalu menggunakan Alat Pelindung Diri APD."Jadi setiap pasien yang masuk akan dilakukan protokol screening sebelum dilanjutkan ke proses persalinan. Tak usah khawatir bersentuhan, karena dokter dan perawat juga sudah mengenakan APD," dipisah, ruang operasi, dan area umum lainnya juga dibersihkan dengan disinfektan secara berkala. Hal ini dilakukan guna memastikan area rumah sakit selalu Picks2. Melakukan protokol screening sebelum melahirkanFreepikSelanjutnya, ibu hamil akan dites terlebih dahulu. Terutama untuk persalinan normal yang tidak menentu jadwal kelahirannya, dr. Eric menyarankan untuk melakukan tes polymerase chain reaction PCR di usia kehamilan 38 minggu."Screening untuk persalinan normal dilakukan di minggu ke 38. Karena kita harapkan 1-2 minggu ke depan melahirkan. Namun, kalau belum sempat tes swab tapi sudah akan melahirkan bisa dengan rapid test," jelas dr. juga meyakinkan bahwa saat ini dokter dan perawat yang membantu persalinan mengenakan APD, sehingga jangan khawatir untuk Disenfeksi ruangan operasi dan area umum lainnyaFreepikKemudian, langkah selanjutnya yang dilakukan rumah sakit adalah melakukan desinfeksi secara teratur di ruangan operasi dan area rumah sakit. Hal ini tentunya untuk mengantisipasi agar penularan virus corona tidak sampai di ruangan itu, pemisahan ruang besalin dengan pasien sakit lainpun bisa menjadi jawaban kekhawatiran orangtua yang akan menyambut kelahiran anak mereka ini."Di rumah sakit, tempat bersalin dipisah secara tersendiri, jadi tidak dicampur dengan pasien yang memiliki penyakit lain. Selain itu area rumah sakit juga disinfeksi secara berkala," Melakukan pembatasan pengunjung untuk ibu melahirkanFreepikKemudian, adanya pembatasan berkunjung untuk ibu melahirkan. Tentunya hal ini diterapkan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan mama dan si Kecil."Kami juga melakukan pembatasan pengunjung untuk menjenguk pasien bersalin. Hal ini dilakukan agar pasien tidak terlalu banyak berinteraksi dengan orang lain," Agar melahirkan dengan aman, kesehatan selama kehamilan mesti Eric mewanti-wanti agar ibu hami selalu menjaga ksehatan dirinya sebelum melahirkan. Mengingat ibu hamil adalah salah satu yang rentan terkena virus Corona. Oleh karena itu, sebisa mungkin hindari beraktivitas yang melibatkan orang tips dari dokter Eric agar kehamilan aman dan sehat, sehingga melahirkan pun jadi tidak perlu pola hidup bersih dan sehat PHBS.Rajin cuci masker jika keluar menyentuh bagian mulut, hidung, dan physical etika batuk/bersin yang benar, menutup dengan bagian dalam makan sehat dan rajin ada gejala demam, batuk, dan pilek segera konsultasikan ke tadi beberapa prosedur persalinan aman di masa new normal di mana penularan virus corona masih menjadi pandemi. Intinya, Mama sebagai ibu hamil jangan terlalu khawatir dan tetap berpikir positif ya!Baca juga6 Hal yang Harus Dipersiapkan Jelang Persalinan Saat Pandemi Covid-19Memasuki Kehamilan Trimester Ketiga, Mama Harus Menghindari 6 Hal Ini!Begini Protokol Persalinan yang Harus Dilakukan saat Positif Covid-19
Based on the data we get from various sources that every two minutes a woman in the world die from cervical cancer," said Dr. Erik Kasmara SPOG. According to him, cervical cancer in Indonesia, including most cancers strike women reached 34.4%.
Jakarta - Melahirkan normal menjadi keinginan bagi setiap wanita dan calon ibu. Jika tak ada kendala atau risiko tertentu, dokter pun biasanya menyarankan untuk melahirkan dengan bagi ibu hamil yang memiliki miopia dengan minus tinggi, dokter kandungan biasanya akan menyarankan berkonsultasi dahulu ke spesialis mata. Sebab hal ini bisa menjadi risiko dan disebut bahwa wanita dengan minus tinggi tak bisa melahirkan dengan normal. Bagaimana faktanya?"Sebenarnya untuk indikasi miopia minus tinggi itu ibu masih dikasih kesempatan untuk persalinan normal. Kondisinya relatif tergantung ibu, dikatakan batas minus 6. Tapi ada juga yang minusnya lebih tinggi tetap bisa melahirkan normal, tergantung dari saran dokter mata," kata spesialis kandungan dan kebidanan dari RS Pondok Indah, dr Eric Kasmara, SpOG dalam webinar, Kamis 18/6/2020. dr Eric menjelaskan, bagi ibu hamil dengan minus di atas 6 apabila ingin melahirkan normal akan disarankan untuk konsultasi lebih dahulu ke dokter spesialis mata. Dokter mata kemudian akan melihat risiko retina detached atau kerusakan retina. Apabila dikatakan aman, maka bisa dilakukan persalinan normal."Kalau lasik sebetulnya sesuatu yang berbeda karena targetnya kornea. Kecembungan kornea dimodifikasi tapi kecembungan bola mata dan lensa tetap ada, minusnya tetap tinggi. Jadi harus konsultasi ke dokter spesialis mata, kalau dikatakan risiko kecil bisa lanjut konsultasi ke dokter kandungan baiknya seperti apa," pungkas dr Eric. Simak Video "Cerita Dokter Soal Greysia Polii yang Tunda Kehamilan Demi Olimpiade" [GambasVideo 20detik] kna/kna
\n \n \n \ndr eric kasmara spog
0Thread (s) Re: DSOG/Obgyn di Jakarta. @ Hidden Content Dokter fetomaternal perempuan yang aku tahu itu dr. Eva Roria Silalahi di RS Hermina Ciputat. Temen2ku yang kontrol ke spog di Premier Bintaro pun pas perlu ke Fetomaternal dirujuk ke dia di Hermina Ciputat. Katanya dia praktek juga di Brawijaya Hospital.
Jakarta - Miom memang tidak harus selalu diangkat, tapi jika memicu perdarahan berlebihan, utamanya saat menstruasi, opsinya tentu harus diangkat. Jika tidak, bisa meningkatkan risiko anemia parah."Saya ada pasien dengan miom sebesar 10 cm, dia nggak mau operasi. Padahal saat dia menstruasi itu jadinya berlebihan darahnya. Dalam setahun harus tiga kali transfusi," tutur dr Eric Kasmara, SpOG dari Rumah Sakit Pondok Indah Puri Indah, dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu 2/12/2015.Jika miom penyebab perdarahan tidak diangkat, sambung dr Eric, mungkin tubuh akan mengadaptasi. Namun jika sampai menyebabkan anemia parah, maka risiko kesehatan lainnya menghantui, karena bisa terjadi gagal jantung. "Jantung kan harus pompa darah, mengangkut oksigen. Kalau Hb rendah, jantung tentu ngos-ngosan, dipaksa kerja keras jadi ngap-ngapan. Anemia nggak boleh dibiarkan," sambung ayah tiga anak juga Miom di Rahim Bisa Sebabkan Menstruasi Panjang dan Banyak Apakah miom bisa menghilang dengan sendirinya? Menurut dr Eric, secara teori itu sulit terjadi. Beda halnya jika miom mengecil, masih ada kemungkinannya."Miom itu ada yang estrogen dependent dan non estrogen dependent. Yang estrogen dependent, karena pengaruh estrogen tentu bisa bertambah besar. Kadang sudah dioperasi saja bisa tumbuh di tempat lain," papar dr miom tersebut termasuk estrogen dependent maka pada saat seorang perempuan memasuki masa menopause, bisa mengecil. Sebaliknya jika termasuk non estrogen dependent, meski sudah menopause tapi miom tetap saja bisa bertambah besar."Miom kadang nggak ketahuan karena nggak ada keluhan. Karena nggak ada keluhan jadi nggak menyadari dan nggak pernah kontrol. Saat USG baru ketahuan. Kalau membahayakan diangkat saja, kalau tidak ya tidak perlu," kata dr juga Muncul Flek di Celana, Apakah Tanda Kondisi Serius? vit/up DrEric Kasmara, mengatakan bahwa HPV mudah ditularkan melalui kontak kulit kelamin, dan setiap wanita yang berisiko terinfeksi oleh HPV yang dapat memicu kanker serviks. HPV tidak hanya menyerang wanita dewasa, tetapi juga mampu menginfeksi bayi melalui ibu yang terinfeksi nya. Dr. dr. Junita Indarti, SpOG (K), Jakarta - Beberapa orang beranggapan setelah menikah, perempuan jadi memiliki siklus menstruasi yang lebih teratur ketimbang sebelumnya. Padahal menurut dokter, menikah dan siklus haid tidak ada Eric Kasmara, SpOG dari Rumah Sakit Pondok Indah Puri Indah mengatakan usia perempuan mendapatkan menstruasi pertama kali biasanya 12-16 tahun. Namun akhir-akhir ini, usia menstruasi pertama kali cenderung lebih muda. Di mana perempuan usia 9-10 tahun sudah mendapatkan menstruasi pertama seorang perempuan, sambung dr Eric, terkait dengan fungsi hipotalamus yang mengontrol kerja kelenjar pituitari atau hipofisis. Hipofisis ini bertugas menyekresikan hormon dan memengaruhi kerja hormon yang dihasilkan kelenjar lain di dalam tubuh. Baca juga Miom di Rahim Bisa Sebabkan Menstruasi Panjang dan Banyak Nah, interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium disebut sebagai sumbu hipotalamus-hipofisis-ovarium atau HPO. Sumbu HPO itulah yang memengaruhi siklus menstruasi seseorang. Di awal-awal menstruasi pertama, sumbu HPO masih belum seimbang. Inilah yang menjawab pertanyaan haid di masa-masa awal bisa ada gangguan."Gangguannya bisa menoragia atau haid berkepanjangan dan intermenstrual bleeding. Ini karena awal-awal sumbu HPO masih belum stabil," jelas dr Eric dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu 2/12/2015.Menurut dr Eric, umumnya perempuan menikah di usia 25 tahun ke atas. Nah, di usia ini, biasanya sumbu HPO sudah lebih stabil."Jadi kalau ada yang bilang menikah bikin menstruasi lebih teratur, itu lebih karena usia saat menikah sudah lebih matang. Meskipun memang di usia 30 tahun-an bukan berarti nggak bisa mengalami intermenstrual bleeding," sambung dr dia, perempuan sangat kompleks. Ketidakseimbangan hormon sedikit saja bisa membuat siklus maupun durasi menstruasi berantakan. Karena itu dr Eric menyebut di tubuh perempuan ibarat ada orkestra. Untuk membuat penampilan yang sempurna, butuh keselarasan banyak juga Ini Risikonya Jika Miom Pemicu Perdarahan Tak Diangkat vit/up KoranSINDO menerbitkan KORAN SINDO - 06 Juli 2020 - JAGA KESEHATAN USIA MUDA pada 2021-08-02. Bacalah versi online KORAN SINDO - 06 Juli 2020 - JAGA KESEHATAN USIA MUDA tersebut. Download semua halaman 1-16. Jakarta - Menstruasi atau haid dalam rentang waktu yang panjang terkadang memang mengkhawatirkan. Apalagi jika berkepanjangannya sangat ekstrem, misalnya menstruasi selama dua minggu dan bahkan lebih."Haid berkepanjangan disebut sebagai menoragia. Penyebabnya beraneka macam. Namun pertamanya harus dipastikan perempuan tersebut hamil atau tidak," tutur dr Eric Kasmara, SpOG dari Rumah Sakit Pondok Indah Puri Indah, dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu 2/12/2015.Siklus haid sendiri bisa berlangsung antara 21-35 hari. Namun rata-rata perempuan memiliki siklus haid 25-30 hari. Jika siklusnya lebih dari 35 hari, sehingga dalam setahun terjadi kurang dari 12 kali menstruasi maka disebut oligomenorea. Sedangkan jika siklusnya sangat pendek sehingga terjadi lebih dari 12 kali menstruasi dalam setahun disebut sebagai polimenorea. Baca juga Nggak Hamil Tapi Haid Datang Terlambat? Ini 5 Kemungkinan PenyebabnyaSelain itu ada juga perempuan yang tidak rutin menstruasi setiap bulan, yang mana kondisi itu disebut sebagai amenorea. Mereka yang tidak mengalami menstruasi tiga kali berturut-turut termasuk dalam kategori amenorea sekunder. Sedangkan perempuan di atas 16 tahun yang belum mendapatkan menstruasi, kondisi ini disebut sebagai amenorea Eric menjelaskan jumlah darah yang keluar pada saat haid sekitar 20-60 cc atau ditandai dengan bergantinya pembalut dalam sehari antara 2 hingga 4 kali. "Tapi harus dipastikan saat ganti pembalut itu, pembalutnya memang sudah penuh. Karena ada orang yang risih, sehingga tiap kali buang air kecil dia berganti pembalut," aliran darah yang keluar berlebihan, katakanlah lebih dari 60 cc atau bahkan 80 cc, maka yang terjadi adalah perdarahan berat. Ini termasuk apa penyebab menstruasi berkepanjangan? Apakah ini terjadi tiba-tiba dan apakah kondisi ini selalu menjadi pertanda kondisi kesehatan yang serius? Semua akan terjawab dalam ulasan khas detikHealth kali ini tentang serba-serbi menstruasi berkepanjangan. Jangan lewatkan juga Mengatasi Nyeri Punggung Saat Menstruasi vit/up SubKomite Etika dan Disiplin Profesi : Ketua : dr ARIFIN, Sp.PD. Anggota : dr ANNANG GIRI MOELYO, Sp.A(K),M.Kes. dr ERIC EDWIN YULIANTARA, Sp.OG Jakarta - Beberapa perempuan yang menggunakan IUD atau alat KB spiral mengatakan masa haidnya jadi lebih panjang. Mengapa bisa demikian?dr Eric Kasmara, SpOG dari Rumah Sakit Pondok Indah Puri Indah menjelaskan IUD yang bentuknya menyerupai huruf T dipasang di dalam rahim. Karena IUD ini merupakan benda asing, maka endometrium selalu dalam keadaan gelisah. Ini menyebabkan terjadi inflamasi atau peradangan."Peradangan ini bukan karena ada bakteri tapi karena ada benda asing itu tadi. Jadi sel darah putih berkutat di sekitar endometrium karena berusaha menyerang benda asing itu," terang dr Eric dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu 2/12/2015. Baca juga Keguguran Tak Disadari Bisa Dikira Menstruasi BerkepanjanganAkibat inflamasi atau peradangan, maka lebih rentan berdarah. Ini makanya, setelah menstruasi, beberapa perempuan yang menggunakan IUD mengatakan munculnya bercak darah di celana dalamnya. Karena itu dia menganggap menstruasinya berlangsung lebih panjang, di mana menstruasi jadi 10-14 hari."Umumnya tubuh kemudian akan beradaptasi, menoleransi keberadaan IUD. Saat ada ibu yang pasang IUD, nggak bisa dibilang pasti nanti berdarah-darah lho. Tubuh kadang perlu adaptasi. Makanya biasanya dicoba enam bulan," tutur ayah tiga anak Eric mengatakan dirinya pernah menemukan pasien yang baru dua bulan meminta IUD dilepas karena keluhan menstruasi berkepanjangan. "Spotting memang bisa terjadi sebagai akibat inflamasi itu. Kalau baru dua bulan dipasang lalu dilepas sebenarnya sayang. Soalnya IUD kan alat KB jangka panjang," juga Menstruasi Berkepanjangan yang Bikin KhawatirDihubungi terpisah, dr Hari Nugroho, SpOG dari RSUD Dr Soetomo Surabaya menjelaskan IUD bekerja dengan memacu peradangan pada rongga rahim. Karena itu salah satu efeknya adalah membuat perdarahan lebih banyak dari biasanya. "Tapi tidak perlu khawatir. Sekitar 90 persen pemakai IUD hanya memanjang menstruasi sekitar 4 bulan pertama, setelah itu rata-rata akan kembali normal," kata dr Hari. vit/up aNEpO. 10 173 128 460 220 475 382 74 61

dr eric kasmara spog